15 April 2010
Satu Lagi Messi
08 April 2010
Sejak (Sejenak Bijak)
Controversy of Internet Using
Internet using sometimes become a controversy. Basically, human create this innovation for help someone who needs some information from many places or some country in the world. It can make some people get some information fast. Beside that, it also becomes a good facility of education for student. In the other side, it can give bad effect mainly for children, because they don’t get a complete guiding from their parents. It makes children get some bad information that don’t need. Therefore, it makes some problem for their growing.
If we want to find some information from other country, we can use internet. It can help us for solve the problem. Internet can help us to find some literature and knowledge for our task. Internet becomes a good facility of education for student. We can get some news so that we can know many things. So, Internet using can delete all of bordering in this world. We can send news fast and use internet as a good facility of global communication.
On the other hand, we can see that children or teen change their habit. Internet make student be addict and forget other thing like study, eat, etc. They always browse almost every time, for join in facebook, twitter, friendster or to play online games etc. Beside that, we can find some cases that children or teenagers become victims of cyber crime. They get some bad information about violence, ########### or sexual content or criminality. They do not get some good guiding so that it not good for their growing of personality.
From the fact above, we can see some effect who created by Internet Using. A facility is created for support all of humans activity. If it can’t use well, we must check what’s wrong. Internet can use for grow our knowledge and quality of our global relationship. But we must give a good guiding mainly for children to use internet. If you don’t do that, it’s very dangerous for their growing.
02 Februari 2010
Anak Generasi Internet, Hiburannya Warnet
Senin, 1 Februari 2010
JAKARTA, KOMPAS.com — Gerombolan anak lelaki itu berteriak seru layaknya suporter sepak bola. "Hiat, kiri dong... kiri... itu... itu musuhnya! Hajar... hajar," teriak salah seorang anak. Mata mereka tertuju pada sebuah layar komputer di sebuah warung internet atau warnet yang mereka sewa bersama.
Rupanya, mereka tengah bermain game online. Salah satu di antara mereka, Andi, mengaku sering datang ke warnet yang terletak di kawasan Tanjung Barat, Jakarta Selatan, itu untuk bermain game. "Main Facebook juga," katanya saat berbincang di warnet Tanjung Barat, Jakarta Selatan, Minggu (31/1/2010).
Tak jauh dari komputer yang disewa Andi, segerombol anak perempuan juga duduk tenang di depan layar. Bedanya, mereka tidak berteriak-teriak layaknya gerombolan anak laki-laki. Terlihat di layar komputer, sang anak perempuan sedang mengutak-utik aplikasi game Farmville yang temanya berkebun dan beternak di Facebook masing-masing.
"Biasanya buka Facebook. Kadang game online. Kadang-kadang doang. Biasanya enggak bareng-bareng, enggak lama, setengah jam doang," ujar Tia yang masih duduk di kelas V SD.
Rupanya, setiap hari libur seperti Sabtu dan Minggu, warnet milik Yusuf itu dipenuhi anak-anak sejak pagi hingga malam hari. "Kalau hari libur, mereka (anak-anak) dari pagi pukul 08.00 sampai 18.00 lewatlah," kata Yusuf.
Diakui Yusuf, pelanggan setia warnetnya memang anak-anak sekolah tingkat SD dan SMP. Biasanya, lanjut Yusuf, anak-anak itu menghabiskan uang paling banyak hingga Rp 10.000 untuk sekali main di warnetnya. "Biasanya yang paket 3 jam Rp 9.000 atau empat jam paling lama," kata Yusuf.
Fenomena anak memenuhi warnet memang tak asing lagi saat ini. Yusuf pun mengakui bahwa anak-anak yang berkunjung ke warnetnya sudah pintar mengoperasikan komputer berakses internet. "Emang ya aneh juga. (Mereka) pinter-pinter banget, malah udah ngertian dia (anak-anak). Kalau soal game, dia yang lebih tahu," katanya.
Yusuf juga bercerita, gaya hidup anak-anak zaman sekarang memang berbeda dengan masa kanak-kanak Yusuf. "Beda anak sekarang. Kalau zaman dulu kan biasa maen di lapangan. Beda zaman, pada paham internet. Sekarang kan di sekolah tugas-tugas pakai komputer sih," tuturnya.
Memang, saat ini teknologi informasi semakin berkembang. Serbuan informasi media baru, seperti internet, tak dapat dihindari. Begitupun dengan anak-anak. Sifat internet yang interaktif memang menarik minat anak-anak, terlebih saat ini sistem pendidikan di sekolah-sekolah mewajibkan siswanya terbiasa dengan teknologi.
"Kadang ada juga yang ke warnet untuk bikin tugas. Tugas-tugas mereka (anak-anak) kan pakai komputer, cari di internet," imbuh Yusuf.
Untuk mengantisipasi kenakalan anak yang membolos sekolah demi bermain di warnet, Yusuf mengaku telah melarang anak-anak yang berseragam masuk ke warnetnya. "Kalau pakai seragam enggak boleh masuk," imbuhnya.
Kompas.com
14 Januari 2010
Wanted!
- Pemimpin terkenal suatu gerakan yang membangkang terhadap para imam, tua-tua bangsa serta ahli-ahli Taurat
http://www.indocell.net/yesaya
Bingung Dengan UN
Saya adalah salah seorang siswa yang sedang menjalani tahun terakhir pendidikan formal saya di Sekolah Menengah Atas (SMA) Gonzaga, Jakarta. Satu hal yang menjadi fokus utama di kelas III ini adalah ujian nasional (UN). Saat saya dan teman-teman sedang bersemangat menyambut dan mempersiapkan diri untuk ujian akhir ini, saya malah menemukan suatu ketidakjelasan dari kebijakan pemerintah.
Kebingungan yang terjadi terlihat dari majunya waktu pelaksaan, standar kelulusan yang belum jelas, UN silang atau campuran siswa, maupun pelaksanaannya secara praktis di lapangan yang membingungkan pihak sekolah maupun siswa sendiri.
Satu hal yang cukup memprihatinkan bagi saya pribadi adalah ”kepanikan” sekolah saat mendengar berita kemajuan jadwal UN menjadi Maret 2010 ini. Sekolah harus membuat jadwal try out dan tambahan belajar untuk memantapkan siswa mengikuti ujian utama. Hal ini jadi menimbulkan kesan terburu-buru dari pihak sekolah. Bahkan bahan pelajaran yang seharusnya diterima siswa dalam empat kali pertemuan dirampingkan hanya menjadi satu pertemuan. Hal ini bisa memicu ketakutan siswa menghadapi ujian akhirnya.
Belum lagi kabar lain yang menyebutkan pembatalan pelaksanaan UN oleh Mahkamah Agung yang cukup menggangu konsentrasi pelajar dalam mempersiapkan diri.
Hal ini seharusnya menjadi perhatian utama pemerintah, khususnya Departemen Pendidikan (Depdiknas). Jangan sampai pelajar menjadi korban atau ”kelinci percobaan” program pemerintah. Masa depan pelajar adalah masa depan bangsa. Jadi, jangan sampai pelajar dibingungkan dengan urusan-urusan kebijakan sehingga tak mampu mempersiapkan secara matang masa depannya dengan baik.
Eduard Salvatore da Silva
Siswa Kelas XII SMA Gonzaga, Jakarta
Jl. Pejaten Barat 10 A, Pasar Minggu, Jakarta Selatan 12550
Opini Suara Pembaruan 13 Januari 2010
03 Januari 2010
Resolusi Pentingkah ?
Saat semua orang sibuk mencari resolusi baru menyambut tahun baru ini, aku pun tergerak untuk melihat dalam diriku. “Apakah yang ingin saya wujudkan di tahun baru ini? Apakah aku sudah cukup baik bertindak sebagai manusia?”
Bagiku resolusi terkesan sia-sia karena biasanya hanya digaungkan saat-saat menjelang tahun baru. Mereka tak mampu menciptakan hal itu sebagai bagian dalam dirinya. Ya, daripada saya terus membicarakan kekurangan orang lain, saya juga sedang mencoba menjadi manusia yang lebih bertanggungjawab. Aku punya harapan di tahun ini aku mampu untuk semakin melandasi hidupku dengan percaya pada diri sendiri.
Aku mencoba untuk merangkumnya dalam tiga kata kunci, yakni introspeksi, evaluasi, dan refleksi. Tiga hal ini sudah cukup mewakili apa yang sedang ada di dalam benakku. Aku mau jadi diri sendiri yang peka terhadap keadaan sekitarku.
Segala keputusan penting yang telah kuambil di masa-masa ini kuyakini sungguh berasal dari suatu proses pertimbangan yang matang. Aku akan mulai mencoba mempertanggungjawabkan semuannya dengan bantuan rahmat-Nya. Semoga aku bisa mewujudkan Talk Less Do More!