





Kayaknya yang namanya anak kecil tak pernah berhenti memberikan kesan gemes yah. Yao kita lihat beberapa aksi mereka yang lucu-lucu khas Kaskus.us
|
Minggu (17-18 Oktober 2009) menjadi hari yang istimewa bagi umat Paroki St. Fransiskus Xaverius, Tanjung Priok. Perayaan Ekaristi hari itu terasa lebih meriah dengan alunan musik orkestra yang dibawakan oleh para seminaris Wacana Bhakti. Ya, para seminaris sepertinya memberikan suasana baru bagi umat sekalian.
Para calon imam masa depan ini bukan datang tanpa alasan. Mereka sedang mempromosikan cara hidup yang ’berbeda’ dibanding kehidupan remaja seusia mereka. Hal ini bertujuan untuk menyapa secara langsung kaum muda paroki, agar mereka dapat mengenal cara hidup yang unik sebagai calon imam.
Acara ini mendapat respon positif dari berbagai pihak, mulai dari pastor paroki, umat, dan tentunya bagi para seminaris sendiri. Romo Yoyon CM selaku Romo Paroki mengungkapkan perhatiannya kepada para seminaris. ”Seminaris adalah masa depan gereja, jadi umat punya tanggung jawab untuk mendukung dan mendoakan para calon imam ini”, ujarnya sambil tersenyum yang kemudian disambut tawa dari umat sekalian. Kegembiraan juga dirasakan oleh umat, salah satunya Ibu Irene. Ia amat bangga dengan keberanian para seminaris yang punya cita-cita mulia. Kehadiran para seminaris di parokinya juga dirasakannya amat berguna, khususnya untuk menyadarkan para orang tua agar mau merelakan anaknya yang tertarik menjadi biarawan atau biarawati. Tak berbeda dengan Ibu Irene, Albertus Ade Pratama, salah seorang seminaris juga merasakan suasana gembira ini. Seminaris yang berasal dari Paroki Santo Fransiskus Xaverius ini mengungkapkan bahwa motivasinya berkembang dengan kegiatan ini, terlebih karena Ekspo ini dilakukan di parokinya sendiri. ”Dengan hal ini, saya harap bukan saya saja yang terpanggil, tapi juga teman-teman muda di Paroki. Toh, jadi calon imam itu enak kok,” tambahnya.
Pernakah kau merasakan bahwa Tuhan itu tak ada? Tuhan itu mati --> God is Dead. Sepertinya setiap manusia pernah mengalami saat dimana ia merasa sendirian dan ditinggalkan Tuhan ketika menghadapi suatu masalah.
Rutinitas doa dan hidup yang ada di seminari misalnya, sedikit banyak dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas relasi kita dengan Tuhan, tetapi nyatanya tak jarang yang kita jumpai adalah rasa monoton yang membuat hidup doa dan rohani kita hanya sebatas rutinitas belaka.
Puncak keraguan kita mungkin ada ketika kita mengalami suatu permasalahan tertentu yang rasanya sangat sulit terpecahkan.
Kita sepertinya sudah berdoa semaksimal mungkin,
Satu hal yang perlu kita pegang adalah Dia adalah yang paling tahu dan paling bijaksana. Yakinlah bahwa doa kita didengar tapi perwujudannya harus melewati berbagai pertimbangan-Nya.
Contoh, sekelompok orang ingin mengadakan suatu pesta kebun atas keberhasilannya menjadi pengusaha kaya. Mereka berharap tidak hujan, supaya pesta berjalan lancar. Mereka berdoa supaya rencana mereka berhasil.
Namun nyatanya turunlah hujan yang amat deras. Mereka kecewa terhadap Tuhan-nya. Namun sebenarnya di wilayah yang sama dan pada waktu yang sama, sekelompok petani sedang bersukacita karena turunya hujan tersebut menghapus segala kekhawatiran akan musim kemarau panjang yang melanda mereka. Ini bisa jadi bukti bahwa ‘jadi’ Tuhan itu sulit. Ia ingin mengasihi SEMUA anaknya namun harus mempertimbangkan banyak hal, seperti kepentingan si pembuat pesta dan para petani.
Nah, di situ sebenarnya kita bisa menemukan Tuhan dari God is Dead, menjadi That is God.
Film District 9
Apa yang terjadi ketika sekolompok alien terdampar di bumi? Apakah yang akan mereka lakukan dan mungkinkah mereka mengganggu ketentraman manusia? Inilah gambaran kisah salah satu film favorit Hollywood tahun ini, Districk – 9.
Film yang disutradarai oleh Neill Blomkamp dan Peter Jackson ini menggambarkan kisah para alien yang tinggal di bumi karena karamnya kapal mereka di atas
Konflik dimulai ketika sebuah perusahaan swasta, yakni MNU (Multi-National United) mencoba mencari senjata pembasmi alien. Hal ini dilakukan karena mereka berhasrat memperoleh keuntungan jika mereka berhasil menciptakan senjata itu. Sejauh ini MNU gagal karena aktivasi senjata membutuhkan DNA alien. Konflik mulai berkembang ketika seorang agen lapangan MNU, Wikus van der Merwe (Sharlto Copley), berkontraksi dengan virus misterius dan mengubah DNA dirinya menjadi seperti alien. Hal inilah yang membuatnya dikejar oleh semua orang terlebih pihak MNU.
Wikus menjadi manusia paling diburu diseluruh dunia. Dirinya menjadi manusia paling berharga demi menemukan rahasia teknologi alien. Keluarganya hancur berantakan karena sang mertua juga menghendakinya menjadi bahan riset demi menciptakan senjata pembasmi alien. Dia amat terasingkan, hingga hanya satu tempat yang tersisa untuknya: District 9.
Klimaks cerita terjadi ketika Wikus dan Christopher (alien) bekerja sama demi memperoleh zat yang menjadi bahan bakar pesawat alien di markas MNU. Hal ini dilakukan agar para alien dapat pulang ke planetnya, sekaligus dapat menyembuhkan Wikus dari virus alien yang ada di dalam tubunya-nya. Hubungan antara keduanya begitu terasa dan menjadi pesan moral tersendiri dalam film ini.
Film ini cocok disaksikan oleh semua umur. Mungkin penyajiannya yang terkesan dokumentar membuatnya sedikit terasa berat. Namun dibalik semua itu, ada pesan moral yang baik yang disampaikan film ini tentang semangat perjuangan dan pengorbanan demi mencapai kebahagiaan hidup.
Sekian
Kalau pastornya muda, dibilang masih blo'on.
Kalau pastornya tua, sebaiknya pensiun saja.
Kalau khotbah terlalu panjang, dibilang menjengkelkan.
Kalau khotbahnya cepat, "Kok, kayak kereta ekspres".
Kalau mulai misa tepat waktu, katanya kaku.
Kalau terlambat, "Idiih, pastornya malas".
Kalau di kamar pengakuan menasehati, katanya banyak omong.
Kalau sebaliknya, dibilang tidak tanggap.
Kalau mengikuti pendapat umat, dibilang tidak punya pendirian.
Kalau mengikuti pendapat sendiri, dicap diktator.
Kalau keuangan paroki mepet, katanya pastor tak pintar usaha.
Kalau ngomongin soal uang, dibilang mata duitan.
Kalau mengadakan misa lingkungan, katanya tak pernah kunjungan keluarga.
Kalau mengunjungi keluarga, "Kapan sih pastornya misa lingkungan?"
Kalau pastor tak ada di pastoran, dicap tukang ngeluyur.
Tapi kalau selalu ada, dibilang pastor kurang pergaulan.
Kalau memperhatikan anak-anak, dibilang "Masa kecil kurang bahagia".
Kalau memperhatikan Mudika, giliran orang tua ngegosip.
Kalau nonton TV, dibilang enak-enakan.
Kalau tidak, dibilang enggak mengikuti zaman.
TAPI, KALAU PASTORNYA MATI, SIAPA YANG MAU GANTI?