29 Oktober 2008

Spirit of GSM


Gonzaga di dadaku.........
tp Wb nomor satu.........


Sekolah-ku tercinta sedang bikin acara besar nih dengan tajuk, Gonzaga School Meeting 2008. Wow keren khan, lebih dari 50 sekolah dateng pengen bertanding, wah keren abis deh. Sampe-sampe bapak MENPORA Adiaksa Dault dateng pas opening ceremony. Sayangnya eh alam juga 'memberkati acara ini" dan turun hujan gede benget. wah, semua peserta lari dari upacara buat cari tempat teduh, tapi yang keren Bapak Menpora tetep ngasih sambutan pas hujan2 dan pukul gong pembukaan, wah bener-bener mantep deh. Walaupun kelihatannya upacara-nya jadi rusak, tapi memang beliau "membakar" semangat kami semua. Alhasil semua anak gonzaga tetep di lapangan dan nyanyi mars gonz. Wah, gile deh berasa 'rasa' nya. Walaupun saya bukan anak gonz murni (+ seminari maksudnya) gile berasa semangat kebersamaan nih. Mudah-mudahan saya bisa semakin memahami semagat khas kolese. yehh...


08 Oktober 2008

Oh liburanku ..... surgaku....




Liburan tlah usai. Seneng lagi, sekaligus bingung lagi kayaknya abis liburan. Sambutan hangat dari keluarga maupun teman-teman memang sangat menguatkan, tetapi di satu sisi membuat saya jadi ingin lebih lama berada dalam kondisi ini.
Gmn yah, kegitan di rumah sih sebenarnya cuma sebatas bersih2 rumah, jalan2, ke gereja, nonton, dan yah itu-itu aja. jujr, orang yang kebiasaan sibuk, sekali waktu jadi "gabut" begini yah pasti bingung.
Main futsal + lari pagi bikin saya setidaknya bisa ketemu teman-teman lama. Tak terasa memang ud 2 tahun lebih saya meninggalkan lingkungan saya di rumah.
APa yah, enak-enak-gak enak sih, tapi jujur gw bisa ngerasa seneng di dua lingkungan ini, tapi jadi bingung ketika sudah terlalu nyaman di salah satunya.
YA, sekarang saya sudah kembali lagi dari rehat sejenak, dan berhubung dengan Lebaran nih : "Minal Aidin wal Faizin" dan semoga saya bisa terus mengembangkan diri.


AYo semangat!!!!!!

04 Oktober 2008


Tuhan itu tak ada........?

Seorang konsumen datang ke tempat tukang cukur untuk memotong rambut dan merapikan brewoknya. Si tukang cukur mulai memotong rambut konsumennya dan mulailah terlibat pembicaraan yang mulai menghangat. Mereka membicarakan banyak hal dan berbagai variasi topik pembicaraan,dan sesaat topik pembicaraan beralih tentang Tuhan.

Si tukang cukur bilang," Saya tidak percaya Tuhan itu ada".
"Kenapa kamu berkata begitu ???" timpal si konsumen."Begini, coba Anda perhatikan di depan sana, di jalanan.... untuk menyadari bahwa Tuhan itu tidak ada.

Katakan kepadaku, jika Tuhan itu ada, Adakah yang sakit??, Adakah anak terlantar?? Jika Tuhan ada, tidak akan ada sakit ataupun kesusahan. Saya tidak dapat membayangkan Tuhan Yang Maha Penyayang akan membiarkan ini semua terjadi."

Si konsumen diam untuk berpikir sejenak, tapi tidak merespon karena dia tidak ingin memulai adu pendapat. Situkang cukur menyelesaikan pekerjaannya dan si konsumen pergi meninggalkan tempat si tukang cukur.

Beberapa saat setelah dia meninggalkan ruangan itu dia melihat ada orang di jalan dengan rambut yang panjang,berombak kasar mlungker-mlungker-istilah jawa-nya", kotor dan brewok yang tidak dicukur. Orang itu terlihat kotor dan tidak terawat.

Si konsumen balik ke tempat tukang cukur dan berkata," Kamu tahu,sebenarnya TIDAK ADA TUKANG CUKUR." Si tukang cukur tidak terima," Kamu kok bisa bilang begitu ??"."Saya disini dan saya tukang cukur. Dan barusan saya mencukurmu!"

"Tidak!" elak si konsumen. "Tukang cukur itu tidak ada,sebab jika ada, tidak akan ada orang dengan rambut panjang yang kotor dan brewokan seperti orang yang di luar sana", si konsumen menambahkan."

Ah tidak, tapi tukang cukur tetap ada!", sanggah si tukang cukur. "

Apa yang kamu lihat itu adalah salah mereka sendiri, kenapa mereka tidak datang ke saya", jawab si tukang cukur membela diri.
"Cocok!"-kata si konsumen menyetujui."Itulah point utama-nya!. Sama dengan TUHAN, TUHAN ITU JUGA ADA !, Tapi apa yang terjadi... orang-orang TIDAK MAU DATANG kepada-NYA, dan TIDAK MAU MENCARI-NYA. Oleh karena itu banyak yang sakit dan tertimpa kesusahan di dunia ini."Si tukang cukur terbengong !!!!

Yah, alangkah lucunya.....

Saya jadi ingat satu lagi pengalaman yang bagi saya amat unik. Seperti biasa setiap pergantian tahun ajaran saya bisa pulang ke rumah cukup lama, begitu juga saat saya naik ke kelas II. Beberapa hari saya isi dengan membantu pastor paroki di pastoran. Yah, wajarlah sekalian mengisi waktu sekaligus sharing panggilan (ciiee ile…).

Satu hari itu pastor paroki minta tolong saya untuk menemani beliau upacara pemberkatan ddi salah satu counter KFC di daerah Cikini. Ya, saya ikut-ikut aje, sekalian jadi asisten-nya. Kami (eh bukan maksudnya pastor paroki saya) akan memberkati sebuah counter es krim baru milik KFC. Dan dimulailah upacara, pembacaan kitab suci, sedikit doa-doa dan mulai ke acara permecikan air suci di setiap ruangan yang menjadi tempat aktivitas tersebut.

Untung di lantai 3 counter itu belum dibuka jadi hanya diberkati setiap ruangannya. Eh tetapi si pemilik meminta pastor paroki saya dan saya sendiri untuk memberkati juga counter di lantai 1 yang lagi padat pengunjung. Wah gawat nih kayaknya, tapi mudah-mudahan lagi sepi. Ternyata pas saya turun, wah KFC lagi penuh dan kami langsung jadi pusat perhatian apalagi pastor paroki saya pakai jubah yang jarang dilihat khalayak ramai selain di gereja. Kami juga memberkati mobil si pemilik yang ada di luar counter. Wah pastinya deh dilihatin semua orang dari pedagang, tukang parkir, orang yang lewat, dan banyak lagi deh. Wah, pokoknya jujur saya jadi merasa gimana gitu, namun ternyata pastor paroki saya juga mengalami hal yang sama karena ia juga “tengsin” memberkati mobil di parkiran yang tepat ada di pinggir jalan besar + dilihatin banyak orang. Yah, saya sih senyum-senyum aja deh.

Tapi tetep aja setelah pemberkatan kami dijamu dengan makanan-makanan yang super enak dan pasti mahal kali yeh. Wah, enak banget yeh kerjanye cuma satu jam kurang, dapet makanan gratis. Dan akhirnya kami dapat kehormatan mencoba eksrim yang paling enak kali yeh, apa naamanye, “banana seplit”. Wah super enak dan pas saya Tanya harga wajarnya sekitar 30 ribu satu mangkok keccil (bussyeet wah meningan gw beli es “nong-nong”)

Yah, pkoknya pengalaman menarik dimana kami jadi pusat perrhatian banyak orang dan satu refleksi yang saya ambil aadalah tuluslah dalam berkarya dan totalitas Karena “siapa yang bekerja berhak mendapat upahnya”. Enak yeh jadi pastor….


“Gondrong, Penambah Motivasi atau Ajang Adu Gengsi?


Sistem pendidikan yang dianut sekolah kita semakin hari semakin menanamkan prinsip kebebasan yang bertanggungjawab. SMA Gonzaga menerapkan aturan unik yang cukup menarik perhatian para siswa. Di tengah gencar-gencarnya pihak sekolah memperkuat tata tertib, SMA Gonzaga merupakan satu dari sedikit sekolah yang sedikit fleksibel dengan tuntutan zaman. Para siswa diperkenankan memanjangkan rambut-nya jika ia mampu mencapai rata-rata nilai pribadinya minimal 7,5. Wow, sebuah tantangan menarik. Masalahnya di zaman modern ini, remaja laki-laki cenderung suka kalau rambutnya bisa panjang. “Biar kayak Rocker”, katanya. Jadi mungkin metode ini cukup menampung keinginan para siswa untuk terlihat keren di sekolah. Ternyata memang tidak sedikit yang masuk Kolese Gonzaga agar bisa gondrong di sekolah. Para siswa dituntut bertanggungjwab pada dirinya sendiri untuk memenuhi tuntutan dahulu, baru boleh “gondrong”.

Namun dari hal ini tak sulit ditemukan hal-hal negatif yang membuat para siswa “colongan gondrong”. Banyak siswa yang mungkin tak mampu memenuhi persyaratan yang diajukan pihak sekolah, tetapi mereka “ilegall gondrong”. Sistem ini juga sering dijadikan ajang kompetisi, yang membedakan antara anak pintar (karena bisa gondrong) dan anak yang kurang. Ya, mungkin ini salah satu kelemahan dari sistem ini, dimana para siswa jadi “kucing-kucingan” dengan pihak sekolah.

Setiap sistem pastinnya membawa efek positif dan negatif. Dari sistem ini, mungkin banyak hal negatif yang disebutkan di atas, namun hingga kini, sistem ini masih terus dijalankan. Hal ini menandakan bahwa efek positifnya lebih banyak terjadi dimana seorang siswa jadi punya motivasi tinggi untuk mencapai yang terbaik. Jadi, ada siswa yang mau berambut “gondrong”? Masuk Gonzaga, dan penuhi persyaratannya!


Seminari Wacana Bhakti, Jakarta
Sebuah Gambaran Corak Hidup “Unik”

Para seminaris merupakan orang “aneh tapi unik” yang memilih cara hidup yang berbeda dibanding kehidupan yang dijalani teman sebayanya

JAKARTA-GURITA, Mungkin dari antara kita ada yang pernah mendengar, atau mungkin mengetahui “Apa itu seminari ?”. Secara umum, seminari bisa dikatakan sebagai tempat pendidikan calon Imam Katolik. Mereka dididik dalam suatu komunitas seminari, yang saling membentuk kepribadian antar-personal yang dijalani siswa-siswa selepas lulus SMP. Selain pendidikan di seminari, tentunya seorang seminaris juga mengecap pendidikan formal di sekolah menengah umum biasa.

Hal ini juga yang terjadi di Seminari Menengah Wacana Bhakti. Seminari ini berdiri pada tahun
1987 di kawasan Pejaten Barat, Jakarta Selatan ini merupakan satu-satunya seminari menengah yang dimiliki KAJ (Keuskupan Agung Jakarta). Para seminaris mungkin segelintir orang “aneh tapi unik” yang memilih cara hidup yang berbeda dibanding kehidupan yang dijalani teman sebayanya. Bayangkan, setiap hari seorang seminaris harus mengikuti jadwal kegiatan yang sudah disusun sebelumnya ditambah tuntutan studi di Kolese Gonzaga. Tentunya hal ini seringkali mengakibatkan terjadinya benturan antara kekakuan jadwal dengan “naluri remajanya” yang mengusung nilai-nilai kebebasan. Yang namanya remaja lagi senang-senangnya bergaul, jalan-jalan, punya banyak temen, sampai pacaran, tetapi para seminaris disibukan dengan hal-hal yang mungkin sifatnya lebih serius.

Uniknya, dengan semua tantangan yang ada, para seminaris masih setia mengemban tugas dan kewajiban untuk mewujudkan cita-citanya..

Seminaris memang sungguh-sungguh remaja, namun mereka juga sungguh-sungguh seorang calon imam yang nantinya akan menjadi seorang pemimpin umat. Jadi mereka sungguh berjuang melawan segala “naluri remajanya” dan mencoba mendewasakan dirinya sendiri. Ya, dengan pendidkan macam ini terbukti para lulusan seminari (baik yang melanjutkan atau keluar) setidaknya mampu dijadikan teladan hidup di sekitarnya dan tidak jarang akhirnya menjadi orang sukses di kemudian hari.

Iseng di Sore Hari

Flash