07 Juni 2009

This is My Generation






05 Juni 2009

Musik Wadah Identifikasi Diri





Oleh : Eduard Salvatore da Silva

Ketika kita membicarakan musik, rasanya setiap orang punya pandangan masing-masing. Rasanya semua orang tahu bahwa musik merupakan salah satu budaya hasil pemikiran manusia. Hal ini memang seakan sudah merasuk dan mendarah daging dalam setiap pribadi manusia. Lalu seberapa jauh musik ada di dalam kehidupan kita? Apakah musik sungguh berpengaruh, bahkan sejak kita ada di dalam kandungan ibu?

Coba kita refleksikan kembali pengalaman kita sebagai manusia! Pernahkan anda melihat seorang ibu menyanyikan lagu atau memperdengarkan musik klasik bagi anaknya yang masih di dalam kandungan? Masih ingatkah saat kita pertama kali diajari lagu Balonku di masa kanak-kanak kita? Pernahkah kita amati banyak remaja di zaman ini yang mengandrungi aliran musik metal, rock, hip-hop dsb? Atau pernahkah melihat orangtua kita bernostalgia dan mengenang masa lalunya ketika mendengarkan lagu-lagu tembang kenangan? Hal–hal ini sesungguhnya bisa menjadi gambaran, betapa musik sungguh ada dan berpengaruh di setiap seluk beluk kehidupan manusia, begitu juga di kehidupan kita.

Musik : Miniatur Hidup Manusia

Mungkin setiap orang punya persepsi sendiri ketika menggambarkan musik. Namun secara sederhana, musik dapat digambarkankan sebagai gabungan atau kombinasi dari nada-nada, notasi, ritme, melodi. Komponen-komponen tersebut menghasilkan kesatuan dan keselarasan fungsi hingga terciptanya sebuah lagu atau musik itu sendiri. Ketika kita sejenak merenung dari pengertian ini, sesungguhnya kita dapat melihat bahwa musik bisa menjadi gambaran atau miniatur kehidupan manusia. Seperti musik, hidup manusia pun adalah suatu proses panjang yang merupakan gabungan atau kombinasi dari komponen-komponen yang saling berhubungan. Segala pengalaman, perasaan sakit hati, ditolak, dicampakan, dilupakan, membahagiakan, suka cita, dicintai, kebanggaan dan segala hal lainnya sesungguhnya merupakan serpihan-serpihan komponen hidup kita. Nah, seberapa baik cara kita menyusun serpihan-serpihan inilah yang menentukan hasil akhir dari kehidupan kita, yakni keindahan layaknya alunan musik.

Sadarkah kita bahwa berjuta-juta lagu diciptakan, bahkan hanya dengan menggunakan 7 buah nada (dari do hingga do tinggi)? Satu hal yang bisa kita petik dari sini adalah adalah mereka (para pencipta lagu) memiliki kemampuan untuk menyusun nada-nada yang terbatas ini dengan sedemikian rupa hingga menjadi suatu keindahan dan keselarasan. Fakta ini seakan menyerukan bahwa keterbatasan yang kita miliki sebagai manusia sesungguhnya tak menghalangi diri kita untuk melihat sesuatu dari berbagai sudut pandang. Berhasil tidaknya suatu proses kehidupan kita sungguh ditentukan oleh kemampuan kita melihat dan menyusun segala komponen hidup menjadi nada-nada kehidupan yang indah dengan segala keterbatasan yang ada. Walaupun mungkin pengalaman pahit dan sedih yang seringkali kita alami, sesungguhnya ketika kita mampu menyusunnya dengan baik, akan tercipta suatu alunan musik kehidupan yang amat indah bagi diri kita sendiri maupun bagi orang lain.

Mengenal Diri Lewat Musik

Tentunya kita tidak asing dengan kisah Bob Marley dkk. dan musik Regee-nya yang menjadi inspirasi banyak orang. Kelompok yang menamai diri sebagai “Kaum Rasta” ini merasa bahwa musik memang sudah menjadi bagian hidup dan identitas mereka. Hal ini muncul sebagai bentuk ekspresi dari pengalaman pahit yang dialami para kaum buruh paksa di zaman itu. Mereka menuangkan segala perasaan dan keluh kesahnya dalam alunan musik yang cenderung riang gembira, yang dijadikan sebagai pelipur lara mereka. Dari sini kita dapat melihat salah satu fakta yang menunjukan bahwa musik sudah menjadi sesuatu yang amat berharga. Selain itu, musik juga bisa menjadi salah satu indikator atau penunjuk identitas diri kita sebagai seorang manusia.
Sebagai manusia pastinya kita hidup dalam suatu pencarian. Ya, kita senantiasa mencari dan ingin menemukan identitas dan jati diri kita. Anda pernah melihat seorang penggemar musik metal (musik aliran keras) yang memiliki kepribadian yang kemayu. Warna musik jenis ini memang cukup keras dan biasanya orang yang menyukainya cenderung berkepribadian keras, tahan banting dan ekspresif. Jadi rasanya tidak cocok musik jenis ini disukai pribadi yang kemayu tadi. Walaupun selalu begitu, rasanya memang seringkali kita hidup kita dipengaruhi oleh musik dan hal ini sungguh menggambarkan kepribadian kita. Terkadang kita menemukan lagu yang begitu menggambarkanm diri kita. Lagu tersebut tentunya memiliki “jiwa” dan makna tersendiri bagi pribadi kita. Itulah diriku!

Musik sebagai Pemanis Hidup Manusia

Jadi, sungguh pentingkah musik itu bagi hidup kita? Rasanya hanya sedikit orang yang mengatakan tidak. Bahkan orang yang tidak bisa menyanyi pun tak ragu untuk menyanyikan lagu atau memainkan musik kesukaannya walaupun suaranya terdengar sumbang. Ini satu bukti bahwa musik seakan sudah menjadi kebutuhan manusia sebagai makluk yang memerlukan lahan untuk ekpresi diri. Coba bayangkan jika dunia tanpa musik (lagu)! Apa yang mungkin dialami oleh manusia? Mungkin kehampaan dan kekurangan akan wadah ekspresi diri. Dunia ini mungkin akan terkesan kaku karena semua orang menjadi individualistis dan tak bisa menyalurkan dirinya. Jadi, bersyukurlah Tuhan menciptakan sesuatu yang begitu berharga seperti musik yang memberi warna pada kehidupan kita. So, let’s start to make your own music for make your life better!

Sekian

Tulisan ada di Eureka (Majalah Seminari Wacana Bhakti Edisi II)

Gambar-gambar Iseng


Trio Macan Lagi Mandi!!

Iseng di Sore Hari

Flash