30 Januari 2009

Berjalan di Air Pasang Surut



Resensi Buku
JUDUL BUKU : Berjalan di Air Pasang Surut
PENGARANG : Dr. CB. Kusmaryanto, SCJ
UKURAN : 18 cm x 180 cm
HALAMAN : 142 halaman
ISBN : 978-602-8037-00-6
TERBIT : Januari 2008, Maret 2008
PENERBIT : PT Cahaya Pineleng, Jakarta
HARGA : Rp30.000,-


Sebuah buku yang memuat kisah-kisah pelayanan unik dan menarik. Penulis mengisahkan sekelompok anak bangsa di pemukiman proyek transmigrasi Pasang Surut di dekat Palembang. Segala suka duka yang dialaminya menjadi warna tersendiri bagi buku ini. Dengan bahasa yang ringan dan menarik, penulis mengajak pembaca sekalian untuk sedikit merenung tentang sisi lain kehidupan masyarakat di daerah pemukiman transmigrasi.

Adapun dalam buku ini terdapat berbagai kisah tentang pahit manisnya perjalanan karya di daerah Pasang Surut ini, sebuah daerah ekstrim yang penuh dengan tantangan. Sebuah drama kehidupan nyata di sudut bumi manusia. Kisah ini disajikan secara menarik dan menggugah. Kisah-kisah dalam buku ini justru menjadi menarik karena bercerita tentang manusia di tengah-tengah dunia konkretnya. Sebagai imam Katolik, tentunya penulis juga mengisahkan sulitnya pelayanan pastoral yang dilakukan karena kondisi alam dan struktur sosial masyarakat yang mayoritas berekonomi menengah ke bawah ditambah lagi dengan kenyataan bahwa daerah tersebut sulit terjangkau karena berada di pedalaman Palembang.

Memang, banyak kisah dalam buku ini yang mungkin “tidak menyenangkan”. Maksudnya: membuat hati sedih, nelangsa, terenyuh, takut, dan cemas; membuat tubuh letih dan berbeban; membuat pikiran tak habis mengerti; membuat dunia serasa mau runtuh saja dan sebagainya. Tetapi, di balik kisah-kisah itu terdapat sumber-sumber inspirasi dan kehendak yang mewujud dalam komitmen dan solidaritas kemanusiaan dalam terang iman. Dan, semuanya itu diramu dan disajikan penulis apa adanya, lagi tetap bisa dinikmati.

Buku ini cocok bagi semua kalangan yang tertarik pada dunia pelayanan pastoral maupun sosial. Bagi kita yang awam belum mengerti tentang sistem pelayanan pastoral, anda akan memperoleh informasi mengenai hal-hal itu. Kisah yang disajikan menarik dan bahasa yang sederhana ini tentunya akan menjadi nilai plus dan bagaikan sebuah jalan lurus bagi para pembaca untuk memahami “dunia lain” yang penuh dengan tantangan dan kesulitan. Maka saya yakin, siapapun membaca buku ini akan tersambung rasa dengannya.

26 Januari 2009

Gong Xi Fa Cai...



Satu ungkapan yang mungkin sedang akrab di telinga kita. Suatu hari dimana orang-orang etnis Tionghoa merayakan hari tahun barunya.


Satu catatan penting adalah setiap acara perayaan seperti ini, hampir semua orang sibuk mempesiapkan segalanya agar semua berjalan dengan baik mulai dari pakaian, pernak-pernik, hiasan rumah, makanan dan sebagainya. Namun tetap yang terpenting adalah hati anda.


Ya, memang biasanya di setiap hari penting seperti ini kita selalu memberikan yang terbaik dari apa yang kita miliki untuk membuat orang lain bahagia. Tetapi sesungguhnya pertanyaan yang lebih mendalam adalah mengapa kita melakukan hal-hal baik seperti ini hanya saat-saat tertentu saja .


Coba jika kita mengganggap semua hari adalah hari raya atau hari istimewa, tentunya aka nada motivasi lebih untuk melakukan yang terbaik bagi sesama. Kini dengan segala kesadaran kita penting untuk senantiasa menganggap setiap hari sebagai hari istimewa (bahkan menganggap sebagai hari terakhir kita hidup di dunia) agar muncul keinginan untuk memberikan kesan yang terbaik bagi oang-orang di sekitarmu.


Selamat Hari Raya Imlek 2560....

Teman itu Harta...


Momen bertemu teman lama seharusnya menjadi momen berkesan yang amat berarti, tapi saya justru mengalami aneka perasaan aneh ketika mengalaminya. Ya, satu waktu saya lagi jalan-jalan sendirian di salah satu plasa terkenal di Jakarta Pusat. Nah, pas lagi asik jalan-jalan, eh ada satu orang manggil gw.
Wow, ada cowok kekar manggil gw.

“EDu.....du........!!!
Spontan gw sambut... “oiiioioi.
Nah, ud seru-serunya langsung aja dia ajak ngomong... wah sekarang dimana sekolahnya, ud dapet cewek ato blom dan segala hal lain ... pokoknya seru banget deh ngobrolnya...

Masalahnya gw dari tadi lupa banget nama temen lama gw ini, ya yang penting akrab deh....
Pas ud lama ngobrol dan dia pamit pulang, akhirnya gw nanya deh daripada penasaran. Ohhhh... u si Ucil (nama Samaran) wah ternyata dia juga kaget dan gak tahu kalo gw dari tadi gak tahu nama dia...

Akhirnya kami ketawa bareng dan perpisahan pun terjadi lagi,... yah seneng lha ketemu temen lama.

Beda lagi pas gw lagi iseng2 jalan2 di blok m. Nah pas lagi jalan eh ada satu temen lama gw yang kayaknya gak asing..
Pas dilihat, ternyata bener kalo dia temen smp gw yang sekarang.... waduh tambah cakep aja...
Karena tertarik gw liatin khan sampai...

Ternyata dia ngliatin gw juga dan ngerasa kenal juga kali yah... Nah... pas begini dia senyum ke gw dan gara2 bingung mau ngapain eh gw refleks jadi geer dan malah kabur...
Memang satu hal yang penting adalah kalo punya temen diinget baik2 karena mereka harta terpenting yang pernah jadi bagian penting hidup kita.....

23 Januari 2009

Foto bareng

INI dia pas saya sedang bertemu dengan idolaku, (ketawan banget editannya)

19 Januari 2009

Expo in St. Mathew, Bintaro







Ekspo Panggilan lagi, sebuah momen menarik nan meneguhkan, atau.....?

Kali ini kami main dan pameran di dua tempat, Stasi Baru Santa Maria Regina dan Paroki Matius Bintaro. Sebagai panitia tenutnya kami kelas dua dapat tugas untuk mengatur segalanya. Ini yang jadi beban sekaligus sukacitaku dari momen ini. Ada kesan kami hanya jadi pemain orkes saat di San Mare. Ya untungnya kami bisa main baik dan semua umat sennang.

Yah, memang begiulah mungkin Paroki kaya seringkali kurang mengargai kami sebagai calon2 imamnya.

Untungnya di Bintaro sambutan umat cukup meriah dan memacu semangatku.

Aku tinggal di sebuah keluarga kecil dengan seorang anak laki2 yang masih kecil pula, Arya namanya. Nah, saya senang dapat kesempatan seperti ini lagi dan untungnya bisa segera akab dengan mereka.

Inilah yang menjadi daya taraik ekspo panggilan bagiku pribadi. Mereka menjadi sumber motivasi dan wujud harapan umat pada kami semua pda para seminaris.

KAmi saling sharing dan wah saya berasa seperti keluarga mereka. Sayangnya lagi2 moment live in ini hanya 2 hari kami jalani. Mungkin jika lebih lama, kami bisa lebih banyak sharing dan saling menguatkabn.

Ok, yah mudah2 saya bisa terus bikin semangat ok!!

14 Januari 2009

Mengalah itu Menang!


Dunia mungkin sekarang sedang memalingkan wajahnya pada konflik yang terjadi anatar Israel dan Palestina. Walaupun saya anak asrama, bukan berarti ku tidak terus mengamati kondisi duniaku. Ya, aku turut prihatin dengan segala keadaan di sana. kalau kita terus mengulik siapa yang benar dan siapa yang salah, untuk saat ini saya rasa malah kurang berguna. Karena konflik terus terjadi, yang ada hanya korban yang terus bertambah datri waktu ke waktu. Nah, kalau begitu sebenarnya siapapun yang merasa benar harusnya lebih dewasa dan bertindak sebagai manusia dan bangsa yang merdeka dari keinginan untuk saling menghancurkan. S

Satu kisah bijak dimana ada 2 orang ibu mengakui seorang anak sebagai anaknya. Mereka meminta keputusan pada seorang hakim yang bijaksana. Nah, dari sini si hakim memutuskan bahwa anak ini akan diptong menjadi dua bagian dan masing2 ibu mendapat bagian yang sama besar.

Nah dari sini si ibu asli langsung menangis dan jelas tidak rela anaknya dibelah dan dipotong jadi dua. Nah dari sana dapat dilihat pihak yang benar2 ibu asli dari anak tersebut.


Seringkali mengalah menjadi sebuah penegasan bahwa memang kitalah pihak yang benar. Bertolak dari situ, harusnya Israel maupun Palestina bisa berkaca

12 Januari 2009

Berkebun ala Seminaris



Seminari punya cara tersendiri buat mengisi waktu luang. Ya, Minggu, 11 Januari 2009

kami coba belajar berkebun bersama dalam rangka Hari Hijau sedunia yang dirayakan diseluruh
dunia. Nah, itu berarti walaupun di seminari kami tak “tutup mata” dengan event2 dunia lho.

Kami setiap unitnya menanam berbagai jenis pohon dan rumput supaya lingkunga kami jadi

tambah “hijau”. Nah kalau lingkungannya enak khan banyak yang pengen masuk seminari khan.
Nah, selain itu, kami juga bisa meningkatkan kecintaan kami kepada lingkungan hidup kami

sendiri. Ayo jadi generasi hijau dan cintai lingkungan dengan cara mudah yang bisa kita lakukan

sehari-hari!

08 Januari 2009

St. Fransiskus Asisi : Sang Santo Miskin...



St. Fransiskus adalah seorang santo yang hebat yang cocok untuk kamu jadikan teladan hidupmu. Bahkan hingga kini Ordo Fransiskan (O.F.M. = Ordo Fratrum Minorum = Ordo Friars Minor = Ordo Saudara-saudara Dina) yang didirikannya masih terus tumbuh dan berkembang.
Fransiskus dilahirkan di kota Assisi, Italia pada tahun 1181. Ayahnya bernama Pietro Bernardone, seorang pedagang kain yang kaya raya, dan ibunya bernama Donna Pica. Di masa mudanya, Fransiskus lebih suka bersenang-senang dan menghambur-hamburkan harta ayahnya daripada belajar. Ketika usianya 20 tahun, Fransiskus ikut maju berperang melawan Perugia. Ia tertangkap dan disekap selama satu tahun hingga jatuh sakit. Pada masa itulah ia mendekatkan diri kepada Tuhan. Setelah Fransiskus dibebaskan, ia mendapat suatu mimpi yang aneh. Dalam mimpinya, ia mendengar suara yang berkata, "layanilah majikan dan bukannya pelayan."

Setelah itu Fransiskus memutuskan untuk hidup miskin. Ia pergi ke Roma dan menukarkan bajunya yang mahal dengan seorang pengemis, setelah itu seharian ia mengemis. Semua hasilnya dimasukkan Fransiskus ke dalam kotak persembahan untuk orang-orang miskin di Kubur Para Rasul. Ia pulang tanpa uang sama sekali di sakunya. Suatu hari, ketika sedang berdoa di Gereja St. Damiano, Fransiskus mendengar suara Tuhan, "Fransiskus, perbaikilah Gereja-Ku yang hampir roboh". Jadi, Fransiskus pergi untuk melaksanakan perintah Tuhan. Ia menjual setumpuk kain ayahnya yang mahal untuk membeli bahan-bahan guna membangun gereja yang telah tua itu.

Pak Bernardone marah sekali! Fransiskus dikurungnya di dalam kamar. Fransiskus, dengan bantuan ibunya, berhasil melarikan diri dan pergi kepada Uskup Guido, yaitu Uskup kota Assisi. Pak Bernardone segera menyusulnya. Ia mengancam jika Fransiskus tidak mau pulang bersamanya, ia tidak akan mengakui Fransiskus sebagai anaknya dan dengan demikian tidak akan memberikan warisan barang sepeser pun kepada Fransiskus. Mendengar itu, Fransiskus malahan melepaskan baju yang menempel di tubuhnya dan mengembalikannya kepada ayahnya.

Kelak, setelah menjadi seorang biarawan, Fransiskus baru menyadari bahwa yang dimaksudkan Tuhan dengan membangun Gereja-Nya ialah membangun semangat ke-Kristenan.
Pada tanggal 3 Oktober 1226, dalam usianya yang ke empatpuluh lima tahun Fransiskus meninggal dengan
stigmata (Luka-luka Kristus) di tubuhnya.
Tidak ada seorang pun dari pengikutnya yang menyerah dan mengundurkan diri setelah kematian Fransiskus, tetapi mereka semua melanjutkan karya cinta kasihnya dengan semangat kerendahan hati dan meneruskan kerinduannya untuk memanggil semua orang menjadi pengikut Kristus yang sejati.
Santo Fransiskus adalah santo pelindung binatang dan anak-anak. Pestanya dirayakan setiap tanggal 4 Oktober.

DOA ST. FRANSISKUS DARI ASSISI

TUHAN, jadikanlah aku pembawa DAMAI.

Bila terjadi kebencian, jadikanlah aku pembawa cinta kasih.

Bila terjadi penghinaan, jadikanlah aku pembawa pengampunan.

Bila terjadi perselisihan, jadikanlah aku pembawa kerukunan.

Bila terjadi kesesatan, jadikanlah aku pembawa kebenaran.

Bila terjadi kebimbangan, jadikanlah aku pembawa kepastian.

Bila terjadi keputus-asaan, jadikanlah aku pembawa harapan.

Bila terjadi kegelapan, jadikanlah aku pembawa terang.

Bila terjadi kesedihan, jadikanlah aku pembawa sukacita.

06 Januari 2009

Berikan Bahumu !




Ibuku selalu bertanya padaku, apa bagian tubuh yang paling penting?
Bertahun-tahun, aku selalu menebak dengan jawaban yang aku anggap benar. Ketika aku muda, aku pikir suara adalah yang paling penting bagi kita sebagai manusia, jadi aku jawab, "Telinga, Bu." Tapi, ternyata itu bukan jawabannya. "Bukan itu, Nak. Banyak orang yang tuli. Tapi, teruslah memikirkannya dan aku menanyakan lagi nanti."



Beberapa tahun kemudian, aku mencoba menjawab, sebelum dia bertanya padaku lagi. Sejak jawaban pertama, kini aku yakin jawaban kali ini pasti benar. Jadi, kali ini aku memberitahukannya. "Bu, penglihatan sangat penting bagi semua orang, jadi pastilah mata kita." Dia memandangku dan berkata, "Kamu belajar dengan cepat, tapi jawabanmu masih salah karena banyak orang yang buta."


Gagal lagi, aku meneruskan usahaku mencari jawaban baru dan dari tahun ke tahun, Ibu terus bertanya padaku beberapa kali dan jawaban dia selalu, "Bukan. Tapi, kamu makin pandai dari tahun ke tahun, Anakku."Akhirnya tahun lalu, kakekku meninggal. Semua keluarga sedih. Semua menangis. Bahkan, ayahku menangis. Aku sangat ingat itu karena itulah saat kedua kalinya aku melihatnya menangis. Ibuku memandangku ketika tiba giliranku untuk mengucapkan selamat tinggal pada kakek. Dia bertanya padaku, "Apakah kamu sudah tahu apa bagian tubuh yang paling penting, sayang?"



Aku terkejut ketika Ibu bertanya pada saat seperti ini. Aku sering berpikir, ini hanyalah permainan antara Ibu dan aku.Ibu melihat kebingungan di wajahku dan memberitahuku, "Pertanyaan ini penting. Ini akan menunjukkan padamu apakah kamu sudah benar-benar "hidup". Untuk semua bagian tubuh yang kamu beritahu padaku dulu, aku selalu berkata kamu salah dan aku telah memberitahukan kamu kenapa. Tapi, hari ini adalah hari di mana kamu harus mendapat pelajaran yang sangat penting."Dia memandangku dengan wajah keibuan. Aku melihat matanya penuh dengan air. Dia berkata, "Sayangku, bagian tubuh yang paling penting adalah bahumu."

Aku bertanya, "Apakah karena fungsinya untuk menahan kepala?" Ibu membalas, "Bukan, tapi karena bahu dapat menahan kepala seorang teman atau orang yang kamu sayangi ketika mereka menangis. Kadang-kadang dalam hidup ini, semua orang perlu bahu untuk menangis. Aku cuma berharap, kamu punya cukup kasih sayang dan teman-teman agar kamu selalu punya bahu untuk menangis kapan pun kamu membutuhkannya."Akhirnya, aku tahu, bagian tubuh yang paling penting adalah tidak menjadi orang yang mementingkan diri sendiri. Tapi, simpati terhadap penderitaan yang dialami oleh orang lain. Orang akan melupakan apa yang kamu katakan. Orang akan melupakan apa yang kamu lakukan. Tapi, orang TIDAK akan pernah lupa bagaimana kamu membuat mereka berarti.

04 Januari 2009

Bak Embun di Panas Terik





Liburan selalu menjadi kekuatan sekaligus beban yang begitu besar bagiku. Setiap kali liburan, aneka peristiwa menarik kualami. Kulihat dinamika kehidupan lain disamping pergulatan yang kualami sendiri selama di seminari.


Ya, ada banyakdorongan yangkuterima selama ku jalani liburan ini. Sayangnya, orang yang terbiasa hidup tertata akhirnya harus hidup “bebas”tanpa jadwal membuatku terkadang bingung mau ngapain di rumah.
Ada satu ungkapan menarik yang disampaikan hampir semua saudara ku : “Paje, yang artinya BAPAK PASTOR, jadi pastor yang baik dan berkati saya.”


Mendengar ucapan ini saya jadi merenung sejenak karena sebenarnya cita-cita saya ini akan terwujud masih jauh sekali di ujung waktu (kira-kita masih 10 tahun lagi, wow lama sekali), namun satu hal bahwa mereka sudah menaruh harapan yang begitu besar pada saya. Belum lagi mereka yang sering menanyakan berbagai persolan yang menyangkut agama dan sebagainya.


Ya, saya senang bahwa diriku ada keunikannya, namun lebih penting dari itu semua, semoga ku mampu wujudkan segalanya sesuai dengan diriku sendiri tak terpengaruh dengan orang lain. Ya, liburan yang menyenangkan….

Iseng di Sore Hari

Flash