12 Oktober 2009

Mari Belajar Setia



Anda tentunya pernah melihat seekor anjing. Makluk yang satu ini memang begitu menggemaskan dan arena itu sering dijadikan hewan peliharaan. Satu hal yang ditunjukan oleh seekor anjing adalah kesetiaan terhadap orang yang merawatnya. Ya, anjing sungguh dikenal sebagai makluk yang setia. Contohnya, anjing-anjing kita di seminari ini.

Mungkin mereka tak memiliki akal budi seperti layaknya manusia, maka mereka melakukan itu, namun mengapa manusia yang lebih pandai karena memiliki akal budi lebih sulit setia dibanding seekor anjing.

Coba kita lihat fakta ini. Menurut survey salah satu majalah remaja terkemuka, dipaparkan bahwa 7 dari 10 responden mengalami putus hubungan pacaran karena ketahyuan memiliki pasangan lain.

Coba kita berkaca bersama tentang realitas seminari. Berapa seminaris yang setia melakukan ± 4 kali seminggu selama 4 tahun selama ia tinggal di seminari.

Jadi, apakah manusia lebih buruk daripada anjing?

Nanti dulu, ayo kita leihat sosok orang-orang kudus yang kita miliki. Mereka melakukan segalanya dan begitu setia karena mereka punya satu motivasi yang muncul dalam diri : Ingin mengabdi kepada-Nya sang pemberi hidup. Jadi untuk mulai setia, coba temukan motivasimu sebelum melakukan segalanya.

Setia hanya bisa terjadi apabila muncul dari dalam diri (hati) bukan dari luar.

God is Dead = That is God



Pernakah kau merasakan bahwa Tuhan itu tak ada? Tuhan itu mati --> God is Dead. Sepertinya setiap manusia pernah mengalami saat dimana ia merasa sendirian dan ditinggalkan Tuhan ketika menghadapi suatu masalah.

Rutinitas doa dan hidup yang ada di seminari misalnya, sedikit banyak dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas relasi kita dengan Tuhan, tetapi nyatanya tak jarang yang kita jumpai adalah rasa monoton yang membuat hidup doa dan rohani kita hanya sebatas rutinitas belaka.

Puncak keraguan kita mungkin ada ketika kita mengalami suatu permasalahan tertentu yang rasanya sangat sulit terpecahkan.

Kita sepertinya sudah berdoa semaksimal mungkin, rosario, novena, litani, dsb namun rasanya Tuhan seperti orang tuli yang tak bisa mendengar. Atau dia memang tak ada.

Satu hal yang perlu kita pegang adalah Dia adalah yang paling tahu dan paling bijaksana. Yakinlah bahwa doa kita didengar tapi perwujudannya harus melewati berbagai pertimbangan-Nya.

Contoh, sekelompok orang ingin mengadakan suatu pesta kebun atas keberhasilannya menjadi pengusaha kaya. Mereka berharap tidak hujan, supaya pesta berjalan lancar. Mereka berdoa supaya rencana mereka berhasil.

Namun nyatanya turunlah hujan yang amat deras. Mereka kecewa terhadap Tuhan-nya. Namun sebenarnya di wilayah yang sama dan pada waktu yang sama, sekelompok petani sedang bersukacita karena turunya hujan tersebut menghapus segala kekhawatiran akan musim kemarau panjang yang melanda mereka. Ini bisa jadi bukti bahwa ‘jadi’ Tuhan itu sulit. Ia ingin mengasihi SEMUA anaknya namun harus mempertimbangkan banyak hal, seperti kepentingan si pembuat pesta dan para petani.

Nah, di situ sebenarnya kita bisa menemukan Tuhan dari God is Dead, menjadi That is God.


Iseng di Sore Hari

Flash