22 Februari 2009

Aku kah serigala bagi Sesamaku?


Homo Homini Lupus” sebuah ungkapan latin yang mengatakan bahwa manusia bisa menjadi serigala bagi manusia lainnya. Tentunya kita tahu tentang sebuah kisah klasik tentang Kain yang membunuh Habel, saudaranya sendiri karena iri hati dan amarah yang memuncak.

Apa yang bisa kita petik?

Pertama, Habel mempersembahkan kurban terbaik sedangkan Kain tidak. Kalau dilihat lebih dalam, sesungguhnya Kain tidak pantas iri karena memang benar ia memberi secara tidaak tulus dan tidak total.

Mungkin hal ini yang sering kita lakukan, bahwa saat kita tahu bahwa kita salah, sulit rasanya mengakui hal itu. Parahnya lagi, sudah tahu salah, malah melimpahkan amarah kepada orang lain.

Yang kedua, iri hati timbul ketika kita tidak berhenti membandingkan diri dengan orang lain. Karena rasanya kok dia lebih baik, kita amat kesal dan tidak terima. Aplikasi buruknya adalah si Kain yang iri hati membunuh, bahkan saudaranya sendiri.

Itu membuktikan bahwa ketika amarah menguasai diri, sudah tidak ada batasan yang ada hanya ingin menyakiti orang lain.

Sejenak merenung, hingga saat ini seringkali kita “membunuh” orang-orang di sekitar kita seperti kain yang gelap mata membunuh saudaranya sendiri. Dalam konteks ini membunuh bisa berarti membicarakan keburukan, menghina, mengejek, memandang rendah orang lain.

Hingga kini, apakah aku jadi seriggala bagi yang lain? Mulailah tanyakan pada diri kita masing-masing!

0 komentar:

Iseng di Sore Hari

Flash