Suatu perjalanan panjang anak manusia yang mencari jati dirinya sebagai seorang makluk paling sempurna ciptaan Tuhan. Saya berusaha sebaik mungkin mencoba kembali mengenang dan merefleksikan perjalanan panjang hidup saya hingga saat ini.
Enam belas tahun yang lalu, tepatnya tanggal 4 Mei 1991, di Rumah Sakit St. Carolus Jakarta, lahirlah seorang anak laki-laki mungil dan lucu dengan segala kepolsan dan keluguannya tanpa dosa. Ia lahir sebagai anak yang ketiga dengan nama Eduardus Salvatore da Silva dalam keluarga kecil ini. Dengan segala kasih sayang dan perhatian yang dibeikan, saya dibesarkan dan didik dalam keluarga ini.
Waktu berganti waktu segala perhatian dan kasih sayang yang diberikan membentuk kepribadian saya. Dalam perjalanan pendidikan saya pun secara langsung dan tak langsung membentuk kepribadian saya hingga dapat menjadi seperti sekarang ini. Seperti yang sudah saya katakana di atas, bahwa saya adalah anak yang sangat aktif di berbagai bidang. Hal inilah yang mencuat dan menonjol dalam perjalanan hidup studi Nilai-nilai akademi saya di tingkat SD juga cukup baik dan konstan. Setidaknya saya bisa menembus sepuluh besar setiap acara pengambilan rapor.
Saat saya pindah saat kelas 5 SD dari SD merupakan titik balik pola pikir dan cara bertindak dalam kehidupan saya. Saya berubah menjadi seorang anak pendiam yang “alim” dan tertutup. Waktu berganti waktu ternyata saya sudah cukup mampu beradaptasi dan menyesuaikan lingkungan baru saya.. Ironisnya, ternyata saya tidak bisa kembali seperti Edu yang dulu, yang selalu aktif di setiap lingkungan pergaulannya. Saya belajar untuk bisa memiliki kepribadian yang baru yang bisa menyenangkan baik bagi diri sendiri maupun orang lain.
Masa remaja dimulai, pengalaman baru kuterima. Sejak dini saya harus dibiasakan membangun relasi dengan banyak teman baik sejenis maupun lain jenis. Saya mengalami pencerahan yang membawa saya akhirnya memiliki kepribadian yang sungguh asli bagi saya. Dengan dorngan keluarga saya, saya mulai terlibat dalam kegiatan-kegiatan di gereja dan lingkungan. Organisasi kecil pertama yang saya ikuti tentu adalah Putra Altar di paroki. Ternyata dalam perjalanannya, organisasi inilah yang mengajarkan saya tentang berbagai hal. Masa remaja sungguh menjadi saat-saat yang menyenangkan dan membahagiakan. .
. Ya, kemampuan saya dalam bebagai hal meningkat seiring semakin aktifnya saya di paroki dan pergaulan dengan teman-teman frater Fransiskan. Ternyata kedekatan ini membawa suatu hal baru yang seakan menunjukan arah hidup yang sesuai dengan minat saya di kemudian hari. Saya banyak mendapat masukan dari teman-teman frater dan sharing pengalamannya tentang motivasi dan kehidupannya di seminari. “Ah, seminari? Tempat apa itu?” Timbul pertanyaan ini dalam benak saya tentang hal-hal semacam itu.
Pada akhirnya, saya menuntaskan pendidikan saya di SLTP dengan nilai yang cukup memuaskan. Saya harus mulai memutuskan masa depan saya sendiri. Entah ada angin apa, saya mencoba untuk mengikuti tes masuk Seminari Wacana Bhakti. Saya berpikir, mungkin saya akan “lebih keren” kalau jadi calon pastor. Saya mencobanya dan ternyata hasilnya diluar dugaan saya. Saya lolos tes dan diterima menjadi seorang seminaris di Wacana Bhakti. Mungkin memang tidak ada sedikit pun motivasi untuk menjadi seorang calon imam.
Dengan motivasi baru saya melangkah mencoba menghayati dan menjalani hidup panggilan. Saya termotivasi untuk belajar lebih mandiri, bertanggung jawab, dewasa, tahan banting, dan solider. Hingga kini, tak terasa kurang lebih dua tahun saya menjalani hidup panggilan ini dan jujur saya menikmati segala suka dan duka. Tentunya harapan saya semua itu dapat menjadi bekal bagi saya di kemudian hari. Tetap semangat jalani segalanya.
Sekian
0 komentar:
Posting Komentar